JAKARTA, KABARHIT.COM - Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi mengapresiasi peran OJK dan kerja sama dari semua pihak dalam memajukan serta menjaga ketahanan sektor jasa keuangan Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan di Indonesia tetap terjaga dengan baik, didukung oleh kondisi permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terkelola dengan baik.
Hal ini memungkinkan sektor tersebut untuk menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Arah kebijakan OJK untuk tahun 2024 diumumkan dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) di Jakarta, yang dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo.
Salah satu pengumuman penting dalam acara tersebut adalah peluncuran Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) oleh OJK.
Dalam arahannya, Presiden menekankan pentingnya pembelajaran dari krisis keuangan masa lalu dan perlunya waspada dalam menjaga stabilitas industri jasa keuangan serta mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan serta dukungan terhadap pembiayaan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta keuangan berkelanjutan
"Saya mengapresiasi penyempurnaan taknonomi berkelanjutan Indonesia yang diluncurkan tadi oleh Ketua OJK sehingga inisiatif keuangan hijau bisa menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan inklusivitas. Terima kasih atas dedikasi Bapak/Ibu dan kerja keras OJK dalam memajukan sektor keuangan," kata Presiden, Selasa (20 Februari 2024)
OJK menilai bahwa meskipun ketidakpastian ekonomi global mulai menurun, masih terdapat divergensi dalam pemulihan ekonomi antarnegara.
Namun, pasar keuangan global cenderung positif sejak Desember 2023, didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga di AS dan perkiraan adanya penurunan yang terkendali dalam pertumbuhan ekonomi AS.
Namun, perkembangan geopolitik, seperti ketegangan di Laut Merah dan pemilihan umum di beberapa negara besar, masih menjadi perhatian pasar.
Di tingkat domestik, indikator-indikator utama perekonomian Indonesia masih menunjukkan tren positif, termasuk neraca perdagangan yang masih surplus dan indeks manufaktur yang masih ekspansif.
Namun, penurunan inflasi inti, optimisme konsumen yang menurun, serta melambatnya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor juga perlu diperhatikan.
Pasar modal Indonesia juga menunjukkan kekuatan, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan meskipun perlambatan ekonomi global.
Begitu pula dengan pasar obligasi dan industri pengelolaan investasi yang masih menunjukkan antusiasme yang tinggi.
Dengan demikian, OJK memastikan akan terus memantau kondisi ekonomi dan pasar modal serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan sektor jasa keuangan Indonesia
Editor : deni