Dari Ludah Turun ke Hati (Sebuah Refleksi di Hari Idul Fitri)

avatar kabarhit.com

Oleh : Nanang Sutrisno

KABARHIT.COM – Beberapa hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan 1445 H, jagad maya dihebohkan oleh sebuah kejadian viral tentang perilaku seorang anak manusia bernama Arie Febriant yang dianggap mengusik nilai-nilai kelayakan dan kepatutan.

Kejadian bermula pada suatu sore tanggal 5 April 2024, di Jalan Masjid Fahrul Fallah, Petukangan Utara, Pesanggrahan , Jakarta Selatan saat itu Arie Febriant hendak membeli gorengan untuk takjil buka puasa, dia turun dari mobil HRVnya menuju ke penjual gorengan, namun karena dia berpikir hanya sebentar saja, maka mobil diparkir begitu saja. Dan ternyata  benar mobilnya tersebut mengganggu pengguna jalan yang lain.

Tentu saja banyak pengendara yang komplain, termasuk Mila. Perempuan itu sudah mengingatkan Arie, tetapi laki-laki itu malah tidak terima saat diingatkan, marah, bahkan meludah ke arah Mila.

Urusan ludah meludah ini  akhirnya menjadi viral dan memancing kekesalan nitizen di jagad maya, hati mereka terasa mendidih menyaksikan lelakon yang tak pantas dan jauh dari rasa kemanusiaan ini.

Kejadian ini mengingatkan kita kepada peristiwa beberapa tahun yang lalu, dimana di dalam sebuah kelas, seorang guru mengingatkan seorang muridnya karena mengganggu proses belajar mengajar, namun si murid tidak terima dan meludah ke tanah tanda tidak terima diingatkan oleh sang guru. Memang ludah itu jatuh ke tanah, tidak ke wajah,  namun tembus ke hati dan merobek robek perasaan sebagai seorang pengajar, juga seorang manusia.

Singkat kata kejadian viral ini memancing keingintahuan nitizen tentang sosok Arie Febriant. Ternyata pria ini adalah lulusan Teknik Industri Universitas Indonesia Tahun 2008, yang bekerja sebagai Asisten Manager Oil Domestik  Suplai di PT Pertamina dengan gaji dan tunjangan yang diperkirakan mencapai sekitar 48 juta perbulan.

Akhirnya Arie Febriant, atas celaan dan desakan yang bertubi-tubi dari nitizen, membuat video permintaan maaf. Dan PT Pertamina tempatnya bekerja mengumumkan skorsing untuk mempermudah pemeriksaan atas pelanggaran perilaku dan etika yang diperbuat oleh stafnya itu.

Sesungguhnya kisah Arie adalah juga kisah kita. Karena sebagai manusia biasa terkadang kita juga sering parkir sembarangan, sering tidak terima saat diingatkan, sering merasa diri kita adalah pejabat,  orang penting, orang kaya yang banyak harta sehingga perasaan superior selalu ditonjolkan.

Kejadian kontroversial di penghujung Ramadhan ini, mestinya tidak perlu terjadi jika semua manusia bisa menahan diri seperti hakikat tujuan puasa yaitu menahan diri tidak makan minum serta hawa nafsu yang ada.

Beruntunglah, setelah melewati Ramadhan yang penuh maghfirah atau pengampunan, Allah SWT juga menghadirkan Idul Fitri yang merupakan  momentum terbaik untuk saling bermaaf-maafan kepada sesama.

Sesungguhnya kita adalah manusia yang permisif dan pelupa, banyak kejadian yang menyakitkan berhasil kita maafkan dan lupakan.

Bahkan sebagai anak bangsa kita sudah berhasil melewati berbagai peristiwa penting, mulai pemberontakan pada awal kemerdekaan, Supersemar, lepasnya Timor Timur, Reformasi, pelanggaran HAM, skandal korupsi, dan berbagai peristiwa penting lainnya.

Memang memaafkan dan melupakan itu berat sekali dilakukan, namun itu adalah sifat dasar manusia, dan waktu telah menunjukkan bahwa kita telah berhasil melakukannya serta tampil sebagai pemenang.

Penulis adalah Wartawan Pawarta Jatim

Editor : deni